Evan Dimas tinggalkan Persik Kediri dan memilih jadi pelatih SSB Saraswati di Tulungagung pada musim BRI Liga 1 2024/2025.
Keputusan ini diambil karena ia merasa unsur keindahan dalam sepak bola mulai hilang, dan permainan cantik sudah jarang terlihat. Selain melatih, Evan juga ingin mendidik generasi muda. Bagi anda penggemar bola yang ingin mendapatkan informasi menarik lainnya dari sepak bola internasional, kami telah merangkumnya di FOOTBALL HD ONLINE.
Hilangnya Unsur Keindahan Sepak Bola
Evan Dimas Darmono, seorang mantan gelandang Timnas Indonesia, merasa tergerak hatinya ketika menyadari bahwa unsur keindahan mulai menghilang dari sepak bola. Menurutnya, permainan cantik tidak lagi sering terlihat di lapangan hijau. Hal ini menjadi salah satu alasan utama yang mendorongnya untuk mengambil peran sebagai pelatih Sekolah Sepak Bola Saraswati di Tulungagung.
Evan menyadari bahwa dalam permainan sepak bola modern, banyak pelatih lebih mengutamakan hasil akhir daripada keindahan dalam bermain. Ia melihat adanya pergeseran nilai di mana estetika dan seni dalam sepak bola mulai ditinggalkan. Kondisi ini membuatnya merasa terpanggil untuk berkontribusi dalam mengembalikan unsur keindahan tersebut ke dalam sepak bola, terutama pada level pembinaan usia dini.
Dengan menjadi pelatih SSB, Evan memiliki kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai keindahan dan sportivitas kepada generasi muda sejak dini. Ia ingin membentuk pemain-pemain yang tidak hanya memiliki kemampuan teknis yang mumpuni, tetapi juga mampu bermain dengan indah, kreatif, dan menghibur. Evan percaya bahwa sepak bola seharusnya tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sebuah pertunjukan seni yang memanjakan mata.
Download APK ShotsGoal Sekarang!
Tonton livestream gratis pertandingan favoritmu langsung di ShotsGoal!
Nikmati siaran berkualitas tinggi, update skor real-time, dan berbagai fitur menarik lainnya!
Gabungan Sepak Bola dan Kesenian Tradisional
Evan Dimas tidak hanya terpaku pada metode pelatihan sepak bola konvensional, tetapi juga berupaya menggabungkan unsur kesenian tradisional dalam setiap sesi latihannya. Ia melihat adanya potensi besar dalam seni tradisi dan permainan tradisional untuk meningkatkan kualitas pemain sepak bola secara keseluruhan.
Evan menyadari bahwa seni dapat melatih keluwesan gerakan, sementara permainan tradisional dapat menumbuhkan koordinasi tim yang solid. Salah satu contoh konkret dari penggabungan ini adalah penggunaan permainan Gobag Sodor dalam latihan. Menurut Evan, Gobag Sodor sangat efektif untuk melatih koordinasi tim dalam bertahan.
Selain itu, ia juga mengajak anak-anak didiknya untuk menonton pertunjukan tari dan karawitan di sanggar setelah latihan. Tujuannya adalah untuk membangun pemahaman mereka tentang harmoni dan kerja sama dalam sebuah tim, sebagaimana tercermin dalam seni pertunjukan tradisional. Dengan menggabungkan sepak bola dan kesenian tradisional, Evan berharap dapat menciptakan gaya bermain yang unik dan indah.
Ia ingin membentuk tim yang tidak hanya kuat dalam bertahan dan menyerang, tetapi juga mampu menampilkan gerakan-gerakan yang harmonis dan memukau, layaknya sebuah pertunjukan seni. Filosofi ini sejalan dengan visinya untuk mengembalikan unsur keindahan dalam sepak bola, yang menurutnya mulai hilang ditelan zaman.
Filosofi Melatih Evan Dimas
Sebagai seorang pelatih SSB, Evan Dimas memiliki filosofi yang unik dalam melatih anak-anak didiknya. Ia tidak hanya fokus pada pengembangan teknik sepak bola, tetapi juga pada pembentukan karakter dan nilai-nilai positif. Evan menekankan pentingnya kedisiplinan, sportivitas, dan fair play dalam setiap aspek kehidupan, baik di dalam maupun di luar lapangan.
Selain itu, Evan juga memiliki perhatian khusus terhadap kebersihan dan kerapian. Ia mengajarkan anak-anak didiknya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan merawat peralatan latihan dengan baik. Menurutnya, kebersihan adalah cerminan dari kedisiplinan dan tanggung jawab.
Evan juga melarang keras tindakan bermain kasar dan tidak sportif. Ia ingin anak-anak didiknya memahami bahwa sepak bola adalah permainan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral. Filosofi melatih Evan Dimas juga menekankan pentingnya kerjasama tim dan kekompakan.
Ia percaya bahwa kemenangan hanya dapat diraih melalui kerjasama yang solid dan saling mendukung antar pemain. Oleh karena itu, Evan selalu berusaha menciptakan suasana latihan yang menyenangkan dan harmonis, di mana setiap pemain merasa dihargai dan memiliki peran penting dalam tim.
Baca Juga: Lazio Tahan Imbang 2-2 Atas Napoli di Stadio Olimpico!
Keterlibatan dalam Kegiatan Sanggar Seni
Sebagai bagian dari filosofi pelatihan yang unik, Evan Dimas mengajak anak-anak didiknya di SSB Saraswati untuk terlibat dalam kegiatan sanggar seni. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mengintegrasikan unsur kesenian ke dalam latihan sepak bola, dengan harapan dapat meningkatkan keindahan dan kreativitas dalam permainan. Evan percaya bahwa seni dapat memberikan dimensi baru dalam pengembangan keterampilan sepak bola.
Keterlibatan dalam kegiatan sanggar seni ini bukan hanya sekadar kunjungan atau observasi, tetapi juga partisipasi aktif dalam berbagai kegiatan seni. Anak-anak diajak untuk belajar menari, bermain musik tradisional, atau bahkan melukis. Melalui kegiatan ini, mereka diharapkan dapat mengembangkan keluwesan tubuh dan koordinasi gerakan.
Serta pemahaman yang lebih mendalam tentang estetika. Tujuan utama dari keterlibatan dalam sanggar seni adalah untuk menanamkan apresiasi terhadap seni dan budaya tradisional Indonesia. Evan ingin anak-anak didiknya tidak hanya menjadi pemain sepak bola yang terampil.
Tetapi juga individu yang memiliki wawasan luas dan cinta terhadap warisan budaya bangsa. Dengan demikian, mereka dapat membawa nilai-nilai seni dan budaya ini ke dalam permainan sepak bola, menciptakan gaya bermain yang indah, kreatif, dan berkarakter.
Tantangan dan Motivasi di Usia Muda
Evan Dimas menyadari bahwa dalam sepak bola modern, unsur keindahan mulai tergerus, sehingga pertandingan menjadi kurang menghibur. Hal ini mendorongnya untuk mencari cara agar keindahan dapat kembali menjadi bagian integral dari sepak bola. Selain itu, ia melihat bahwa seni tradisi dan permainan tradisional semakin kurang diminati oleh generasi muda.
Untuk mengatasi tantangan ini, Evan Dimas mencoba menggabungkan seni dan permainan tradisional ke dalam sepak bola. Ia percaya bahwa seni dapat melatih keluwesan, sementara permainan tradisional dapat meningkatkan koordinasi tim, yang keduanya sangat penting dalam sepak bola. Dengan memasukkan unsur-unsur ini, ia berharap dapat menciptakan latihan sepak bola yang lebih menarik dan efektif.
Motivasi utama Evan Dimas menjadi pelatih SSB adalah untuk mengembalikan unsur keindahan yang hilang dari sepak bola. Ia merasa terpanggil untuk mendidik generasi muda dengan pendekatan yang berbeda, yang mengutamakan kreativitas dan keluwesan. Dengan melatih di SSB, ia memiliki kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai ini sejak usia dini.
Kesimpulan
Evan Dimas, menyadari hilangnya unsur keindahan dalam sepak bola modern, memutuskan untuk menjadi pelatih SSB Saraswati di Tulungagung. Ia menggabungkan teknik sepak bola dengan kesenian tradisional, seperti tari dan permainan tradisional, untuk mengembalikan filosofi permainan indah.
Tujuannya adalah untuk melatih keluwesan, koordinasi tim, dan sportivitas pada pemain muda, menciptakan generasi pesepak bola yang tidak hanya terampil tetapi juga berbudaya. Filosofi melatih Evan Dimas menekankan pada kedisiplinan, fair play, dan kerjasama tim.
Ia melibatkan anak didiknya dalam kegiatan sanggar seni untuk memperdalam pemahaman mereka tentang harmoni dan estetika. Meskipun menghadapi tantangan seperti kurangnya minat generasi muda pada seni tradisional, Evan termotivasi untuk melestarikan warisan budaya Indonesia melalui sepak bola.